Kebayang nggak sih, ada tempat yang begitu indah tapi sebenarnya menyimpan kisah paling kelam? Itulah yang terasa setiap kali lanskap Tuscany atau Florence disebut dan dikaitkan dengan ‘The Monster of Florence’ (si pembunuh berantai) yang menebar teror dari akhir 1960-an hingga pertengahan 1980-an, dan meninggalkan setidaknya enam belas korban jiwa +semua pasangan muda) yang sedang mencari waktu tenang di balik pepohonan dan jalanan sunyi Italia.
Nah, Netflix mencoba menghidupkan kembali kisah panjang itu dalam miniseri empat episode berjudul: ‘The Monster of Florence’ yang digarap Stefano Sollima, sineas asal Italia.
Dan dengan durasi total ±240 menit yang tayang sejak 25 Oktober 2025, Sollima membawa penonton masuk ke dunia yang kelihatannya nggak mungkin ada di tengah keindahan Italia.
Jadi Kepo, Kan?

Kasus ini sendiri sudah lama hadi legenda. Sang pembunuh, yang kemudian juga dijuluki Il Mostro di Firenze. Dia menargetkan pasangan muda yang memarkir mobil di area sepi untuk mencari momen intim. Setelah memastikan mereka nggak berdaya, dia menembak, menikam, lalu seringkali melakukan mutilasi yang brutal pada korban perempuan.
Tindakannya begitu ritualistik, begitu konsisten, hingga pola ini jadi bagian dari teka-teki yang membuat penyelidikan berkembang jadi labirin panjang selama puluhan tahun.
Betewe, kisah yang disuguhkan berbeda dari banyak dokumenter kriminal lainnya lho. nggak sebatas menyusun ulang narasi yang mengikuti salah satu penyelidikan paling terkenal dalam teori Sardinian Trail, teori yang menelusuri hubungan para tersangka yang memiliki kaitan dengan korban tahun 1968, Barbara Locci, perempuan yang kehidupannya dipengaruhi hubungan berlapis-lapis dengan beberapa pria yang semuanya bermasalah.
Di sinilah cerita miniseri ini mulai meluas. Alih-alih mengikuti penyelidik sebagai pusat cerita, series-nya mengikuti satu per satu pria dalam lingkaran Locci. Setiap episode jadi potret tentang bagaimana kehidupan para pria ini, bagaimana mereka memperlakukan Locci, dan bagaimana mereka berpotensi jadi bagian dari asal mula serangkaian pembunuhan itu.
Unik Ya?

Gitu deh. Aku merasa kayak masuk ke kumpulan novel kriminal yang dipadatkan jadi empat babak. Setiap babak punya karakternya sendiri, ketegangan tersendiri, dan tentu saja misteri yang nggak pernah selesai.
Pertama, ada Stefano Mele, suami dari Barbara Locci dan orang pertama yang diduga sebagai pelaku pembunuhan tahun 1968. Selama bertahun-tahun, Mele hidup dalam stigma sebagai suami yang mungkin membunuh istrinya karena cemburu. Namun, ketika pembunuhan lain terjadi di tahun-tahun berikutnya, Mele sedang berada di penjara. Logikanya, kalau pembunuhan terjadi saat dia berada di balik jeruji, berarti dia bukan Monster. Lalu siapa?
Sampai di sini, aku merasa seharusnya inilah titik di mana penyelidikan menjadi semakin rumit dan menarik. Teori seharusnya saling bertabrakan, bukti seharusnya saling melemahkan, dan para penyelidik seharusnya disorot sebagai manusia yang mulai hancur oleh tekanan kasus yang nggak kunjung rampung. Eh, anehnya, Sollima nggak menjadikan penyelidik sebagai pusat cerita. Dia hanya menggunakan mereka sebagai pengantar menuju tersangka berikutnya.
Dari Stefano Mele, miniseri bergerak ke Francesco Vinci, salah satu kekasih Locci yang terkenal keras, panas kepala, dan keras. Episode ini mengajak diriku menelusuri kehidupan Vinci, yang, sama halnya dengan Mele, punya banyak sisi gelap, tapi nggak pernah jelas apakah sisi gelap itu cukup untuk membuatnya jadi Monster.
Lalu ada Giovanni Mele, saudara Stefano Mele, pria dengan reputasi jauh lebih buruk, yang dianggap begitu brutal hingga Stefano mungkin menutupinya. Episode ini nuansanya lebih mencekam, seolah-olah semakin dekat dengan inti ketakutan yang membayangi kasus ini.
Namun puncaknya berada pada episode terakhir yang fokus pada Salvatore Vinci, pria yang digambarkan sebagai sosok paling berhati dingin dari semuanya. Salvatore adalah figur yang membuat cerita terasa semakin gelap. Dia memiliki sejarah kekerasan yang panjang, hubungan rumit dengan Locci, dan aura yang hampir mendekati definisi ‘monster’. Selama nonton episode aku sebenarnya berharap penjelasan besar akan muncul. Namun seperti kasus aslinya, miniseri ini nggak ngasih jawaban final. Bahkan pada akhirnya, nama Pietro Pacciani (tersangka yang sempat diadili pada 1990-an) muncul sebagai hantu baru yang menghantui kesimpulan cerita series ini.
Meski begitu, ada hal yang sangat berhasil, yakni atmosfernya. Sollima kayak tahu banget bagaimana membuat alam Italia terasa mengancam. Dia tahu bagaimana menangkap sunyi malam di pedesaan hingga membuatnya terasa seperti ancaman.
Intinya, ‘The Monster of Florence’ memang mendetail, kaya informasi, dan sangat kuat secara visual, tapi nggak menemukan inti emosional yang bisa mempersatukan semuanya. Kendatipun begitu, buat Sobat Yoursay yang kepo, bisa langsung cek Netflix ya! Selamat nonton.