Perjamuan Khong Guan ini adalah buku yang berisi sekumpulan puisi yang ditulis oleh Joko Pinurbo. Bagi penikmat puisi, mungkin tidak asing lagi dengan sosok Joko Pinurbo yang telah banyak menerbitkan buku-buku sejenis ini.
Ketika membaca buku puisi ini, pembaca seolah disuguhi oleh toples Khong Guan yang berisi berbagai jenis biskuit. Namun oleh Joko Pinurbo, biskuit tersebut tersaji dalam bentuk puisi. Ada 4 bab yang terdiri atas kaleng 1, kaleng 2, kaleng 3 hingga kaleng 4.
Salah satu puisi yang menggelitik bagi saya adalah yang berjudul 'Kopi Koplo' berikut.
Kamu yakin
yang kamu minum
dari cangkir cantik itu
kopi?
Itu racun rindu
yang mengandung aku
Wah, asli ini terlihat seperti sebuah kalimat gombal. Tapi sama sekali nggak cheesy. Ketika membacanya saya sampai senyum-senyum sendiri dengan puisi yang singkat, padat, dan ngena di hati pembaca yang lagi berada di situasi seperti dalam puisi di atas.
Selain puisi Kopi Koplo tadi, ada banyak puisi yang mengandung sindiran satir. Dalam hal ini, Joko Pinurbo sangat lihai mengangkat hal-hal sederhana yang terjadi di kehidupan masyarakat menjadi sebuah puisi yang menohok.
Tentang hidup yang terkadang menipu sebagaimana rengginang dalam toples Khong Guan, yang rasanya keras, renyah, dan terkadang juga getir.
Selain itu, buku puisi ini juga mengangkat tentang pertanyaan ke mana perginya ayah Khong Guan ketika anak dan ibu berkumpul di meja makan?
Hal ini mungkin juga pernah menjadi pertanyaan receh di pikiran kita. Lalu anak-anak Khong Guan serta ibunya punya spekulasi masing-masing tentang ke mana perginya si ayah Khong Guan. Ayah sedang dipinjam negaralah, ayah sedang ngumpet dan memakan remukan rengginang, ayah yang sedang terlunta-lunta, atau ayah yang lagi bingung.
Yang jelas, penulis memang benar-benar menyindir realita kehidupan keluarga khususnya mengenai peran dan keberadaan sosok ayah dalam puisi Khong Guan ini.
Selain hal-hal di atas, masih banyak hal-hal lain yang disampaikan oleh penulis dalam Perjamuan Khong Guan ini. Serangkaian realita hidup yang dibahas dalam puisi-puisi yang satir.
Secara umum, saya sangat menikmati buku puisi ini. Banyak hal-hal relate yang disampaikan oleh penulis dengan caranya yang unik. Sindiran yang penuh humor, jenaka, tapi terkadang sedikit sarkastik.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Upaya Mengelola Stres Lewat Buku 'Make Your Life Yummy'
-
Ulasan Buku 'Ide Bisnis bagi Remaja' Belajar Wirausaha sejak Usia Muda
-
Memahami Diri melalui Buku What is Identity?
-
Buku 'Langsung Bekerja Setelah Lulus Kuliah', Agar Lekas Dapat Kerja
-
Melatih Kemampuan Berpikir dari Buku '99 Cara Berpikir Ala Sherlock Holmes'
Ulasan
-
Mencari Identitas dan Menemukan Keluarga Baru dalam Novel Bertajuk Rapijali
-
Review Film Keadilan: The Verdict, Kasus Korupsi Diungkap Tanpa Ampun!
-
Ulasan Film Korea Firefighters: Sajikan Kisah Heroik Para Pemadam Kebakaran
-
Review Film The Ghost Game: Ketika Konten Berubah Jadi Teror yang Mematikan
-
Review Film Pangku: Hadirkan Kejutan Hangat, Rapi, dan Tulus
Terkini
-
Bukan yang Pertama di Asia, Indonesia Lanjutkan Tradisi Tuan Rumah FIFA Series
-
Menikah Tak Punya Batas Waktu: Saatnya Berhenti Bertanya Kapan?
-
Putusan Bersejarah: Pengadilan Jepang Nyatakan Cloudflare Bertanggung Jawab atas Pembajakan
-
OOTD Dress ala Kim Hye Joon: 4 Gaya Effortless Cocok di Semua Mood!
-
Inara Rusli Diterpa Isu Perselingkuhan? Istri Sah Diduga Lapor ke Polisi