Selingkuh Bersifat Genetik? Ketahui Faktanya!

Candra Kartiko | Dea Nabila Putri
Selingkuh Bersifat Genetik? Ketahui Faktanya!
Ilustrasi pasangan selingkuh. (pexels.com/DrewRae)

Serial Layangan Putus sedang digandrungi oleh masyarakat. Film yang menceritakan tentang perselingkuhan antara seorang suami bernama Aris dengan Lidya membuat istri sahnya, Kinan geram dan memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka.

Adegan yang dramatis membuat serial ini menohok banyak orang tentang kasus perselingkuhan yang marak terjadi. Perselingkuhan ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya genetik. Namun, apakah benar sifat suka selingkuh bisa diturunkan? Mari kita ulas secara mendalam.

Secara biologis, selingkuh merupakan salah satu sifat yang bisa diturunkan. Penelitian menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki gen yang berhubungan dengan kecenderungan seseorang melakukan perselingkuhan atau promiskuitas.

Menyandur dari penelitian Justin R. Garcia melalui https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/, gen yang menyebabkan sifat genetik ini disebut gen Dopamin D4 Reseptor (DRD4). Orang orang yang memiliki variasi 7R+ pada DRD4 ternyata pernah melakukan perselingkuhan maupun promiskuitas.

Secara harfiah, promiskuitas itu adalah kebiasaan berganti pasangan tanpa komitmen yang menyebabkan seringnya terjadi perselingkuhan.

Menurut penelitian Justin R. Garcia, Gen DRD4 ini adalah suatu keinginan di alam bawah sadar yang bertanggung jawab terhadap kesenangan dan euphoria seseorang. Hal ini menyebabkan ketika seseorang berselingkuh dan tidak diketahui oleh orang lain, muncul rasa kesenangan atau thrill dari perselingkuhan yang dilakukan. 

Terutama ketika perselingkuhan tersebut tidak diketahui oleh orang lain, gen ini akan membuat orang-orang ingin mencobanya terus menerus karena tidak ketahuan. Faktanya, setiap manusia memiliki gen ini namun variasinya yang berbeda, contohnya ada yang memiliki gen 7R+ dan ada yang memiliki gen 7R-.

Bagaimanapun, ini bukan satu-satunya penentu pasti dari orang-orang yang melakukan perselingkuhan. Karena pada dasarnya semua manusia memiliki akal dan logika, bukan hanya naluri dan insting saja. Lingkungan, kondisi, nilai hidup, dan pola asuh kita juga berperan dalam membentuk suatu sifat. Kecenderungan dari gen tersebut akan tetap ada, namun keputusan yang dilakukan tetap berdasarkan akal dan logika. 

Jadi, secara genetik sifat yang dimunculkan saat adanya perselingkuhan bisa terjadi namun tidak menjadi faktor utama namun hanya sebuah kecenderungan saja. Maka dari itu, untuk menghindari perselingkuhan, hendaknya kita bisa mengetahui lebih dalam soal komitmen dalam hubungan. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak