Soal Hoaks Ambulans, Relawan SONJO Bagikan Pengalaman

Hernawan | Nabila Prajna
Soal Hoaks Ambulans, Relawan SONJO Bagikan Pengalaman
Ilustrasi sirine mobil ambulans. (Pixabay)

Sirene ambulans belakangan semakin sering didengarkan oleh masyarakat. Pasalnya lonjakan kasus covid-19 yang semakin hari kian bertambah. Namun, akhir-akhir ini banyak beredar kabar hoaks tentang ambulans yang hanya untuk menakut-takuti masyarakat.

Aksi Solidaritas Relawan Jogja (SONJO) merupakan perkumpulan relawan dari masyarakat Jogja yang dikoordinatori oleh Dr Rimawan. SONJO tergerak dalam aksi kemanusiaan membantu masyarakat dalam covid-19 untuk menjemput pasien ke rumah sakit, menjemput jenazah, hingga merawat jenazah untuk dimakamkan menggunakan ambulans.

Relawan SONJO dari Kagama Intelek, Herry Febrianto terjun menjadi relawan sebagai supir dadakan yang merangkap kuli angkut peti serta tukang panggul jenazah. Ia membagikan kisahnya dalam laman status facebook pribadinya mengenai hoaks ambulans.

"Izinkan saya sedikit menjelaskan kepada para Netizen bardiman tentang apa yang selama ini dituduhkan kepada ambulance. Ini bukan pembelaan diri, wong ambulance memang tidak bersalah," tulis Herry dalam status pribadinya.

Ada dua poin penting yang ditekankan oleh Herry

1. Ambulans kosong masuk kampung, nyalakan sirene

Kejadian ini sering disalahartikan oleh beberapa pihak. Ambulans dianggap menakuti masyarakat. Padahal ambulans tersebut ingin menjemput pasien yang sedang berada di rumah dalam keadaan yang kritis.

Herry mencontohkan bagaimana situasi yang terjadi, jika ada ambulans masuk dan menyalakan sirene.

"Mohon bantuan kepada relawan terdekat, di daerah Baciro RT XX RW XX, belakang hotel xxx masuk ke timur, an. Bp Tukiman. positif Covid, mengalami pemburukan nafas. Tolong dibawa ke RSUD untuk ditangani," tulis Herry.

Herry menjelaskan bahwa tidak semua yang membawa ambulans adalah kru asli ambulans. Ada banyak relawan yang saat ini ikut turun ke lapangan. Jadi beberapa relawan tidak paham daerah, dan hanya tau patokannya saja.

"Maka saat kami masuk gang, ya kami nyalakan sirene supaya keluarga atau tetangga si sakit mendengar ambulans sudah datang dan mengarahkan kru kami ke rumah ybs. Itu sangat menghemat waktu dan mungkin sangat berarti bagi beliau yang bertarung nyawa dengan Covid. Jadi ambulance kosong itu sedang MENCARI seseorang yang hendak diselamatkan nyawanya," lanjutnya.

2. Kenapa kok mobil ambulans harus dua buah dan beriringan

Ambulans yang beriringan ini dibagi menjadi tiga tim. Tim satu untuk pemulasaraan jenazah dalam membersihkan dan mengkafani jenazah. Tim dua adalah tim pemakaman. Sementara tim ketiga dekontaminasi lingkungan yang bertugas dalam menyemprotkan bahan sterilisasi di sekitar rumah dan di pemakaman.

"Ketika jenazah sudah masuk peti dan siap dimakamkan, hanya seorang driver ambulance dan si jenazah saja yang boleh ada di ambulan. Kru lain tidak boleh masuk," tulis Herry.

Dengan situasi saat itu, kru ambulans pertama harus ikut dengan ambulans kedua, sehingga mereka harus saling berbagi tempat dengan seadanya. Jadi adanya dua ambulans beriringan itu menjadi sebuah kebutuhan yang diharuskan, bukan untuk menakut-takuti masyarakat sekitar.

Diakhir postingannya, Herry berpesan kepada masyarakat jika ada ambulan yang mencurigakan bisa dihentikan dan tanya tujuannya apa agar semuanya jelas.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak