Sasaeng (sa-seng), bila diterjemahkan langsung dari bahasa Korea berarti “kehidupan pribadi.” Di Korea, istilah ini merujuk pada sekumpulan penggemar hiburan Korea (drama, girlband, boyband, penyanyi, rapper, dan sebagainya), yang sangat terobsesi dengan selebriti idolanya.
Akan tetapi, obsesi para penggemar ini berada di level yang sangat ekstrim, di mana mereka justru dapat menjadi ancaman bagi si selebriti. Sederhananya, sasaeng adalah obsesi berlebih yang tak sehat terhadap selebriti. Obsesi ini termanifestasi dalam kegiatan-kegiatan mereka.
Umumnya, penggemar biasa akan datang menonton konser dan menghadiri temu-sapa dengan idola. Akan tetapi, kegiatan fans sasaeng juga meliputi segala hal yang menginvasi “ruang” privat para selebriti, seperti mengumpulkan informasi pribadi (nomor ponsel, email, hingga alamat tempat tinggal atau asrama), membuntuti kendaraan yang ditumpangi, atau menyelinap ke hotel tempat tinggal para selebriti. Tujuannya untuk mendapat atensi sang idola.
Dalam usaha mereka mengumpulkan informasi selebriti, fans sasaeng biasanya memiliki jaringan untuk saling berbagi informasi. Salah satu yang mereka andalkan adalah media sosial sang artis sendiri.
Melalui unggahan foto atau video, para fans ini melacak keberadaan sang idola dan membagi-bagikannya dengan sesama fans. Mereka mengunggah di media sosial lokasi keberadaan para selebriti atau data-data pribadi sang idola untuk kemudian dipakai sendiri atau dijual.
Tidak berhenti sampai di situ, fans sasaeng tidak jarang menyewa taksi untuk mengikuti setiap jadwal kegiatan atau pertemuan pribadi sang artis ke mana pun mereka pergi (sasaeng taxi). Dengan ongkos $600, para supir taksi ini akan mengikuti kendaraan para artis selama sehari penuh.
Bahkan, fans sasaeng yang sudah cukup usia, rela masuk dan bekerja di industri hiburan hanya untuk mendapat akses lebih mudah pada sang selebriti. Dari sumber-sumber inilah, sasaeng mendapat informasi yang dibutuhkannya.
Para idol/selebriti Korea diestimasi memiliki sekitar 500 sampai 1000 fans sasaeng dan diikuti sekitar 100 fans setiap harinya. Dalam sebuah artikel, para fans ini secara spesifik merujuk pada perempuan berusia 13-22 tahun.
Akan tetapi, pada kenyataannya, obsesi terhadap idola dapat dialami pula oleh laki-laki. Perlakuan yang tak menyenangkan dari fans sasaeng nyatanya tak terbatas pada gender para selebriti. Beberapa anggota boyband dan girlband pernah mendapat perlakuan semacam ajakan kencan, nomor pribadinya disebarkan, stalking, dan sebagainya.
Obsesi berlebihan dari fans yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan mental selebriti ini, membuat banyak agensi mengambil langkah-langkah tegas untuk menyikapinya. Misalnya, dari proses rekrutmen yang ketat hingga pemecatan karyawan yang terlibat aktivitas sasaeng.
Tercatat pada tahun 2017, Brave Entertainment pernah memecat dua orang karyawan karena kegiatan sasaeng terhadap seorang solois, Samuel.
Referensi:
https://www.cosmo.ph/entertainment/south-korea-sasaeng-fan-toxic-culture-a4575-20210115-lfrm
https://www.pinkvilla.com/entertainment/sasaengs-dark-and-threatening-side-k-pop-fan-community-and-its-effect-idols-935109
https://www.zoomtventertainment.com/korean/article/some-of-the-scariest-things-fans-have-ever-done-to-bts/804484
https://www.scmp.com/magazines/style/celebrity/article/3155816/5-k-pop-idols-who-were-victims-sasaeng-fans-blackpinks