Review Novel 7 Sayap Kematian, Teror dan Mimpi Buruk di Balik Tenda Kemping

Hernawan | Erlita Novitania
Review Novel 7 Sayap Kematian, Teror dan Mimpi Buruk di Balik Tenda Kemping
Novel 7 Sayap Kematian (Dok. Pribadi/Erlita Novitania)

Novel 7 Sayap Kematian karya Jienara menghadirkan kembali kisah penuh ketegangan dari kelompok 7 Sayap Pendosa. Setelah insiden penggulingan kepala sekolah Daniel Arjianta, lima anggota yang tersisa terpaksa mengikuti kegiatan kemping LDK sebagai bagian dari seleksi Pramuka Garuda. Apa yang seharusnya menjadi kegiatan pembinaan, justru berujung menjadi mimpi buruk yang dipenuhi teror, konflik, dan misteri yang terus meningkat seiring berjalannya waktu.

Cerita ini dibuka dengan latar pasca kejatuhan Daniel, di mana pihak sekolah dan yayasan mulai melakukan investigasi menyeluruh untuk mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas pemberontakan tersebut. Namun, kondisi di sekolah semakin memburuk dengan adanya skandal kebocoran kunci jawaban ujian serta peredaran obat-obatan terlarang yang melibatkan beberapa pihak. Di tengah kondisi ini, anggota 7 Sayap Pendosa, yang sudah tidak lengkap lagi, dipaksa menghadapi tantangan baru yang tidak kalah berbahaya.

Ilham, salah satu anggota yang masih berjuang dengan trauma mendalam akibat pengalaman-pengalaman sebelumnya, menjadi pusat perhatian dalam cerita ini. Trauma dan mimpi buruk yang menghantui Ilham membuat suasana semakin mencekam, dan perkembangan karakter Ilham menambah lapisan emosional yang membuat pembaca lebih terikat dengan tokoh tersebut.

Kemping LDK yang mereka ikuti awalnya dirancang sebagai kegiatan pembinaan yang menantang, tetapi berubah menjadi pengalaman mengerikan yang dipenuhi teror dan ketidakpastian. Di balik tenda-tenda kemping, muncul ancaman-ancaman baru yang membahayakan tidak hanya keselamatan, tetapi juga persahabatan mereka. Jienara menambahkan elemen misteri melalui tokoh-tokoh baru yang muncul di kemping, yang memunculkan pertanyaan apakah mereka adalah sekutu atau justru musuh baru bagi kelompok Sayap Pendosa.

Dengan narasi yang dinamis, Jienara berhasil membangun atmosfer yang mencekam. Setiap bab penuh dengan ketegangan yang terus meningkat, memaksa pembaca untuk terus bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. Penulis juga mengemas twist yang mengejutkan di bagian akhir cerita, memberikan akhir yang sulit ditebak dan memuaskan rasa penasaran pembaca.

Menurut saya, 7 Sayap Kematian adalah sebuah novel yang menyajikan kisah penuh intrik dan ketegangan yang tak henti-hentinya. Walaupun intensitas konflik mungkin sedikit lebih ringan dibandingkan novel sebelumnya, suasana mencekam yang diciptakan dalam kemping LDK tetap memberikan pengalaman membaca yang memikat. Misteri-misteri yang tersimpan di balik setiap peristiwa dan teror yang terus menghantui para tokoh memberikan daya tarik tersendiri bagi para penggemar cerita yang sarat suspense dan drama.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak