Serunai Maut II, Perang Terakhir di Pulau Jengka dan Simbol Kejahatan

Sekar Anindyah Lamase | Ardina Praf
Serunai Maut II, Perang Terakhir di Pulau Jengka dan Simbol Kejahatan
Ulasan Novel Serunai Maut II (goodreads.com)

Misteri Pulau Jengka kembali menghantui ketika Iman Falah, Henry Mikail, dan Iman Nadrah menembusi hutan yang masih gelap dan penuh rahsia untuk memburu apa yang disebut penduduk sebagai “wanita di timur”.

Misi mereka bukan sekadar menyiasat, tujuan utamanya ialah memadamkan khurafat yang telah lama mengakar dalam kepercayaan masyarakat, yang dibina atas ketakutan dan bayangan.

Di tengah hutan, mereka bertemu seorang gadis hutan yang memegang kunci kepada rahsia lama. Pertemuan ini bukan hanya membuka pintu kepada kebenaran yang terselindung, tetapi juga membawa bahaya yang semakin nyata.

Konflik antara iman dan kepercayaan khurafat semakin mendesak. Peperangan bukan hanya peperangan luaran tetapi juga peperangan di dalam hati, antara memilih untuk tetap yakin pada apa yang benar atau tunduk pada apa yang ditakuti.

Akhirnya, mereka harus menghadapi simbol terakhir kejahatan, satu elemen yang mesti dimusnahkan agar segala khurafat dan kesilapan lampau berakhir. Ini bukan kisah yang mudah, ia kisah perjuangan besar yang memerlukan keberanian dan keteguhan iman.

Leena Syiha terus menunjukkan kehebatannya dalam mencipta suasana yang gelap, misterius dan penuh bahaya.

Hutan Pulau Jengka digambarkan bukan sekadar latar - ia hampir menjadi karakter sendiri yang menakutkan dan penuh teka-teki.

Isu kepercayaan yang salah arah dan khurafat diangkat dengan sangat kuat. Ia bukan hanya seram-seram semata, tetapi ada pertembungan falsafah antara apa yang dipercayai umum dan apa yang dituntut oleh nilai agama/keimanan.

Karakter seperti Iman Falah, Henry Mikail dan Iman Nadrah diberi ruang untuk berkembang.

Konflik dalaman mereka terasa nyata — takut, ragu, tetapi tetap membuat tindakan. Gadis hutan sebagai elemen naratif menambah lapisan emosi dan teka-teki.

Dari bab ke bab, cepat beralih antara adegan penyiasatan, ketegangan fizikal, pertarungan mental, dan klimaks. Tidak banyak ruang kosong yang membosankan.

Meski begitu, ada segmen di mana latar mitos dan kepercayaan lama dijelaskan secara mendetail. Bagi pembaca yang baru mengenal tema khurafat atau latar budaya yang dipakai, mungkin terasa berat dan memerlukan perhatian ekstra.

Setelah segala rahsia dibongkar, klimaksnya diselesaikan agak cepat. Ada kemungkinan beberapa konflik hati atau moral tidak diendahkan sepenuhnya sebelum kesimpulan.

Meski perlu dalam konteks cerita, bagian-bagian di mana karakter berdiskusi tentang iman atau khurafat terasa seperti kuliah pendek, yang sedikit mengganggu ritme naratif aksi/misteri.

Leena Syiha menulis dengan gaya yang suram, puitis dan beremosi.

Deskripsi hutan, sisa-sisa khurafat, serta konflik batin ditulis dengan imaji yang kuat, pembaca bisa merasakan kelembapan hutan, kengerian yang berdenting dalam sunyi, dan ketegangan yang membakar dalam tiap detik.

Karakter dialog sering bercampur antara bahasa biasa sehari-hari dan bahasa yang lebih sakral atau religius, terutama bila membicarakan iman, mitos atau khurafat.

Gaya ini membantu menonjolkan perbezaan antara dunia biasa dan dunia gaib/kepercayaan.

Keberanian bukan hanya menghadapi makhluk ghaib, tetapi juga menghadapi iman sendiri, mempertahankan keyakinan ketika semua orang mempertikai, atau ketika ketakutan menguasai.

Bahwa mitos dan kepercayaan yang tidak diperhati dirawat dengan hati-hati boleh menghancurkan akidah seseorang atau masyarakat.

Oleh sebab itu, perlunya ilmu dan keilmuan bukan hanya iman kosong dalam menangani kepercayaan khurafat agar tidak terseret ke dalam kesesatan.

Kepentingan mengakhiri sesuatu dengan prinsip yang benar, simbol kejahatan, khurafat, atau kepercayaan yang menyimpang tidak boleh dibiarkan tetap wujud kerana ia akan terus mempengaruhi generasi.

Serunai Maut 2 bukan sekadar sambungan cerita misteri. Ia satu ujian iman, satu panggilan kepada pembaca untuk merenung tentang apa yang dipercayai, kenapa kita percaya, dan sejauh mana kita berani melawan yang berlaku hanya karena takut.

Jika kamu suka cerita yang memadukan mistik, kepercayaan agama, dan penyiasatan dengan atmosfer yang berat tetapi tetap memberi harapan, novel ini wajib dibaca.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak